Cokelat, atau sering disebut sebagai kokoa, berasal dari tumbuhan kakao yang memiliki nama latin Theobroma cacao. Kata “theobroma” sendiri memiliki arti “makanan para dewa.” Biji kakao, yang menjadi bahan dasar cokelat, diambil dari buah pohon kakao. Saat ini, Pantai Gading menjadi produsen kakao terbesar di dunia, sementara Indonesia menduduki peringkat ketiga. Keanekaragaman cokelat di Indonesia menjadi hasil dari posisinya sebagai salah satu produsen utama kakao.
Baca juga : Sate Haji Romli RSPP: Mengulik Kelezatan Sate Khas Nusantara
Namun, dari mana sebenarnya asal cokelat ini? Bagaimana perjalanan sejarah cokelat hingga menjadi sajian yang begitu dinikmati?
Sejarah Cokelat
Kisah dimulai di lembah-lembah Amazon dan Orinoco di Amerika Selatan, tempat tumbuhnya pohon kakao liar sejak ribuan tahun lalu, bahkan sekitar 400 tahun sebelum masehi. Suku Maya mulai membudidayakan pohon kakao, dan migrasi mereka ke Amerika Tengah membawa serta kebiasaan menikmati cokelat. Di Amerika Tengah, suku Aztec memadukan bubuk biji kakao dengan jagung fermentasi atau anggur, menciptakan minuman cokelat yang disajikan dalam cangkir emas. Montezuma, salah satu kaisar Aztec, bahkan konon dapat meminum lebih dari 50 cangkir cokelat setiap hari.
Pada masa itu, cokelat dianggap sangat berharga dan dihubungkan dengan para dewa, memberikan inspirasi pada nama latin pohon cokelat. Biji kakao juga digunakan dalam upacara keagamaan dan sebagai hadiah. Selain itu, biji kakao digunakan sebagai alat pembayaran atau mata uang.
Ketika Spanyol menaklukkan Meksiko dan Amerika Tengah, mereka membuka perkebunan kakao dan menguasai perdagangan cokelat hingga abad ke-18. Biji kakao dibawa ke Haiti, Trinidad, dan Afrika Barat. Hingga kini, Pantai Gading menjadi produsen cokelat terbesar di dunia.
Kebiasaan minum cokelat menyebar ke Spanyol, Inggris, dan seluruh Eropa, khususnya kalangan bangsawan. Cokelat bahkan bersaing dengan bir yang populer di Eropa pada masa itu. Revolusi industri membawa perubahan signifikan, termasuk ditemukannya mesin untuk membuat cokelat. Pada tahun 1828, Coenraad van Houten di Belanda menemukan cara memisahkan bubuk dan minyak kakao dari adonan biji kakao giling, menjadi landasan cokelat padat seperti yang kita kenal sekarang.
Pada abad ke-19, proses conching di Swiss menciptakan cokelat yang lembut di lidah. Lindt, Nestle, Hershey, Tobler, dan Kohler, merupakan pengusaha dan penemu yang meninggalkan jejak dalam pengolahan cokelat.
Manfaat Cokelat
Meskipun belum sepenuhnya terbukti, beberapa penelitian menunjukkan potensi cokelat dalam merawat penyakit jantung, konstipasi, dan masalah kulit. Selain itu, cokelat juga dikaitkan dengan peningkatan mood dan gairah seksual.
Baca juga : Nikmatnya Bebek Kremes Bu Uju: Lezatnya Gurih dan Kremes Bersama Sambal Geledek
Dengan begitu banyak varian rasa, tekstur, dan jenis cokelat yang tersedia saat ini, kita beruntung dapat menikmati cokelat pada era modern ini. Kita saksikan bagaimana sebuah kelezatan dari masa lalu terus berkembang hingga menjadi kesukaan banyak orang di seluruh dunia.